CeritaSilat Mandarin Pendekar Matahari Kho Ping Hoo Indonesia Cerita Silat Mandarin Full Cerita Silat Mandarin Online Cerita Silat Jawa Kumpulan. Cerita silat atau disingkat cersil (pinyin: Download cerita silat mandarin dari pengarang / penyadur lain [pdf] 3 minute read. Rahasia ciok kwan im (da sha mo) 3.
Saat-Saat Terakhir SUNGAI Ci Liwung mengalir tenang. Nyaris tidak ada riak yang membuat perahu kecil itu bergoyang. Ini bukan laut, tentu saja. Dan Jaka Wulung sebenarnya tidak begitu asing dengan sungai karena dia pernah akrab dengan Ci Pamali. Ah, masa kecil yang indah. Tapi, siapa sebenarnya orangtuaku? pikir Jaka Wulung. “Kalau sudah di air, kau selalu jadi pendiam,” kata Ciang Hui Ling. “Mabuk lagi?” Wajahnya tidak lagi pucat seperti ketika muntah-muntah akibat bau kepala babi busuk. Bagi Ciang Hui Ling, tampaknya laut dan sungai justru menjadi obat yang mujarab bagi mual-mual di perutnya. Di buritan perahu kecil yang melaju tenang, Ciang Hui Ling berdiri dengan tangan bersedekap, memandang arah hilir yang tebing-tebing di sisinya ditumbuhi pepohonan dan perdu yang hijau segar. Di sebelah kanannya, Jaka Wulung lebih suka duduk dengan lutut menekuk, dan lebih banyak menunduk. Gadis itu menghirup bau harum hutan pinggir sungai, memenuhi dadanya, mengobati kerinduannya. Beberapa hari saja sebenarnya dia pergi meninggalkan Ci Liwung, tapi serasa sudah berbulan-bulan. Betapa senangnya kembali ke rumah. “Aku lagi menikmati saat-saat ... kebersamaan kita,” sahut Jaka Wulung. Ciang Hui Ling menoleh. Keningnya berkerut. “Bukankah beberapa hari ini kita terus bersama-sama? Tampaknya, ada satu kata yang tidak kau ucapkan, Jaka.” Tentu saja, saat-saat terakhir. Tapi, Jaka Wulung tidak mengucapkannya. “Itu kalimatku secara lengkap,” katanya. Ciang Hui Ling menghela napas dalam-dalam. Beberapa hari dalam kebersamaan, dia belum bisa menyibak misteri yang menyelimuti Jaka Wulung, seorang pendekar belia yang namanya makin ditakuti di kalangan jago-jago silat, dengan julukan yang makin harum, Titisan Bujangga Manik. Siapa sebenarnya dia? Bagaimana isi hatinya? Ciang Hui Ling seakan-akan membentur dinding gelap setiap mencoba menyelami isi hatinya. “Bukankah nanti kita akan punya waktu banyak untuk menikmati kebersamaan?” Tatapan Ciang Hui Ling kembali lurus ke aliran air Ci Liwung. Laju perahu meninggalkan riak gelombang yang sedikit memanjang ke belakang, hampir menyentuh haluan sebuah perahu di belakang mereka. “Kau tentu saja akan kembali ke tempat gurumu, memperdalam ilmumu, sedangkan aku harus pergi meneruskan langkahku,” ucap Jaka Wulung pelan, nyaris seperti berbisik. Ciang Hui Ling tidak langsung menyahut. Meskipun tidak mencolok, perahu di belakang mereka makin lama makin dekat. “Jaka,” mata Ciang Hui Ling tetap memandang ke arah perahu di belakang mereka, “tidakkah kau bisa tinggal beberapa hari di tempat guruku?” “Hmmm ... bisa saja. Tapi, apa bedanya? Setelah beberapa hari itu, aku tetap harus pergi.” “Jelas berbeda. Kebersamaan kita akan lebih lama. Atau, ... tidakkah aku nanti bisa menemanimu bertualang? Ke mana sebenarnya tujuanmu?” Jaka Wulung tidak menjawab. Apa yang bisa dia jawab? Bertualang ke mana-mana dengan seorang gadis cantik, sakti, dan cerdas seperti Ciang Hui Ling, tentu saja akan sangat menyenangkan. Tapi masalahnya, ya, itu tadi, tersurat dalam pertanyaan Ciang Hui Ling, ke mana sebenarnya tujuan dia berkelana? Seorang pangeran kerajaan selalu menjalani tahap berkelana untuk makin mematangkan ilmu dan pengetahuannya sebelum kelak duduk di singgasana. Eyang gurunya, Resi Bujangga Manik, berkelana hingga Pulau Dewata demi menyempurnakan ilmunya untuk akhirnya kembali ke tanah kelahirannya meskipun tidak kembali ke Istana Pakuan, tempat yang sebenarnya berhak dia tinggali. Tapi, ke mana kelak dia akan mengakhiri petualangannya? Perahu di belakang mereka makin mendekat, sedikit berbelok ke kanan, dan tidak lama kemudian, haluannya mulai menjajari buritan perahu di depannya. Dua pendayungnya adalah dua lelaki berpakaian hitam-hitam dengan wajah yang sama-sama dipenuhi bulu. Kelihatannya terus mendayung dengan sekuat tenaga. Dan memang luar biasa tenaga kayuhan mereka karena perahu itu pun sedikit demi sedikit mulai berusaha mendahului perahu yang ditumpangi Jaka Wulung dan Ciang Hui Ling. “Kau mau? Kau mau menemaniku ke mana saja?” Jaka Wulung mendongak memandang Ciang Hui Ling. Akan tetapi, kali ini Ciang Hui Ling seakan-akan tidak mendengar pertanyaan Jaka Wulung. Wajahnya mengikuti laju perahu yang terus berusaha mendahului perahu yang mereka tumpangi. Ketika kedua perahu itu sudah sejajar, Ciang Hui Ling dengan cepat mengira-ngira jarak di antara kedua perahu itu. Sekitar dua setengah depa. Ciang Hui Ling meloncat ke pinggir perahu, meniti beberapa langkah hingga kira-kira di bagian lambung kanan. Lalu, dengan menggunakan pinggir perahu itu sebagai titik tumpu, dia melenting melintasi arus sungai dan hinggap nyaris tanpa menimbulkan suara dan goyangan di haluan perahu, tepat di hadapan orang-orang berbaju hitam-hitam yang sedang mengayuh. Jaka Wulung merasakan goyangan perahu akibat loncatan Ciang Hui Ling. Tapi, tentu saja bukan itu yang membuatnya berdiri cepat. Jaka Wulung tidak menyadari apa sebenarnya penyebab yang membuat Ciang Hui Ling mengabaikan pertanyaannya, dan malahan meloncat ke perahu di sebelahnya. Tapi, dengan cepat, Jaka Wulung bisa menilai bahwa tentu ada sesuatu yang mencurigakan dari perahu itu. Jaka Wulung harus mengakui, di Ci Liwung, Ciang Hui Ling adalah nona rumah yang memahami seluk-beluk sungai ini sehingga lebih cepat menyadari hal yang mencurigakan. Dengan satu loncatan dari pinggiran perahu, Jaka Wulung juga melenting melalui arus sungai, lalu hinggap tanpa suara di bagian buritan. Kedua pendayung berbaju hitam-hitam dan wajah berbulu itu terkejut melihat bayangan kuning berkelebat, dan tahu-tahu, hinggap di hadapan mereka. Kedua pendayung itu dengan serta-merta menghentikan gerakan mendayung mereka, lalu sama-sama mendongak memandang siapa yang datang. Sinar agak redup matahari yang jatuh tegak lurus mula-mula mengaburkan pandangan mereka, tapi sedikit demi sedikit mereka bisa memandang wajah si pendatang. Seorang gadis muda yang cantik, berkulit kuning cerah dan bermata sipit. Hanya seorang gadis muda. Kedua orang itu sama-sama menarik napas lega, setidaknya secara naluriah setiap lelaki akan senang berjumpa dengan seorang wanita cantik, apalagi seperti yang mereka alami kali ini, mereka seakan-akan mendapat kunjungan seorang bidadari yang tiba-tiba turun dari langit. Kedua orang itu, tentu saja dalam hati, mengakui betapa cepat dan ringannya gerakan si gadis, yang menunjukkan bahwa tingkat ilmunya tergolong tinggi. Tapi, mereka sama-sama yakin bahwa gadis itu bukan merupakan bahaya besar, melainkan akan menjadi selingan dalam perjalanan mereka kali ini. Perahu melambat karena kedua orang itu masih menghentikan kayuhan mereka. Perahu yang sebelah kiri terus melaju, tidak terpengaruh oleh kejadian di sebelahnya. “Apa yang kalian bawa di dalam sana?” tanya Ciang Hui Ling. Matanya tajam memandang kedua orang itu bergantian. Kedua orang itu saling pandang di antara mereka, lalu secara serentak sama-sama tertawa. “Krrrhhh. Apa urusanmu, Nona?” Orang yang di sebelah kanan perahu balik bertanya. Suaranya terdengar aneh, seakan-akan keluar dari mulut yang rongganya dipenuhi dengan bulu-bulu. “Segala kejahatan di sepanjang sungai ini adalah urusanku.” “Krrrhhh. Kejahatan apa yang telah kami lakukan?” “Aku memang belum bisa membuktikannya. Tapi, aku sudah mencium baunya. Bahkan, bau itu sangat tajam.” “Krrrhhh. Jangan mengigau, Nona. Dari mana Nona bisa mencium adanya bau kejahatan di sini? Apakah baunya seperti babi busuk?” Kedua orang itu tertawa lagi. Ciang Hui Ling mendadak mual mendengar kata babi busuk. Rasanya, tercium lagi bau busuk yang tadi membuatnya muntah-muntah di kedai makan. Tapi, dengan cepat, dia membuang ingatan itu. “Benar,” kata Ciang Hui Ling. “Baunya seperti babi busuk.” Kedua orang itu tertawa lebih keras. Tawa mereka pastilah berbau babi busuk. Sreeet! Ciang Hui Ling menghunus pedang dari pinggangnya. Sebilah pedang ramping yang berkilat memantulkan cahaya matahari. Ciang Hui Ling menunjuk kabin kecil di perahu itu dengan ujung pedangnya. “Perlihatkan kepadaku, apa yang kalian bawa!” Kali ini, kedua orang itu sama-sama berdiri. Tapi, tangan mereka masih sama-sama menggenggam dayung perahu. Perahu masih bergerak ke depan, sisa kayuhan terakhir mereka. Tapi, sangat pelan karena memang berlawanan arah dengan arus air. Hanya saja, karena air di situ mengalir sangat pelan, boleh dikatakan perahu pun nyaris diam di tempat. “Krrrhhh. Siapakah Nona sehingga merasa punya hak memerintah kami?” “Sebagai warga tepi Sungai Ci Liwung, aku berkepentingan untuk menjaga daerah ini tetap aman.” Kedua orang berpakaian hitam-hitam itu saling pandang lagi di antara mereka, lalu tertawa berbarengan. Rupanya, mereka sudah terbiasa saling pandang dulu, kemudian tertawa bersama-sama. Semacam ikatan batin yang terjadi karena sudah lama hidup bersama-sama. Ciang Hui Ling geram karena merasa disepelekan. “Harap kalian ketahui, namaku Ciang Hui Ling, murid Tan Bo Huang alias Naga Kuning dari Ci Liwung.” []
InilahCerita Silat Mandarin Online [Terbaru] Chelsea Rowe Oktober 25, 2021. Yuk cek cerita silat mandarin online Cersil Pdf Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun karya Wang Du Lu. PB 15 Tamat Cerita Filipina Dewasa Melodrama. Cersil Cerita Silat Pedang Angin Berbisik Full Kom. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Serial Silat Mandarin menjadi tontontan favorit anak generasi tahun 1980 sampai tahun 2000 awal, saat itu siapa yang tidak kenal dengan cerita Yo Ko dan bibi lung dalam cerita trilogy pendekar rajawali? . Begitu populernya sehingga banyak novel cerita silat yang kemudian di adaptasi ke layar TV ataupun layar lebar. Tetapi setelah melewati tahun 2000, kepopulerannya mulai memudar, pergantian generasi kawula muda yang lebih baru kurang berminat terhadap cerita silat, lebih memilih serial barat, kemudian sekarang ini lebih ke drama korea atau disingkat drakor. Bahkan produksi serial silat pun sudah berganti dari yang dulunya Wuxia, sekarang lebih cenderung ke Xianxia yang berunsur adaptasi yang menggunakan cerita populer dari trio tripod Wuxia Jin Yong, Gu Long, Liang Yusheng masih tetap sering diremake beberapa judulnya, tetapi cenderung sudah berubah gaya produksinya. Seakan mengikuti perkembangan jaman, ceritanya mulai dibuat melenceng dari cerita asli, menambah kisah romance yang lebih banyak, penggunaan efek-efek kamera dan video yang banyak, serta koreografi yang berubah banyak dibanding serial tv adaptasi silat jaman dulu. Dari sekian banyak adaptasi yang diremake berulang kali tersebut, mana sajakah yang merupakan 8 Serial Silat Mandarin terbaik sepanjang masa? 1. Pedang Langit dan Golok Naga tahun 1986 Adaptasi Pedang Langit dan Golok Naga terbaik jatuh pada yang versi tahun 1986, diperankan oleh Tony Leung sebagai Tio Buki Zhang wuji dalam mandarin, dan Kitty Lai sebagai Tio Beng Zhao Min dalam bahasa mandarin. Cerita ini lebih dikenal dengan judul hokkiennya yaitu To Liong To. Bercerita tentang bagaimana Tio Buki menjadi penengah dalam perselisihan antara Enam Partai lulus dan Sekte Ming, yang ternyata di balik perselisihan mereka terdapat seseorang bernama Cheng Kun yang bekerja dengan Mongol sengaja mengadu domba dan membakar agar kedua kubu saling bertarung, yang nantinya setelah Sekte Ming hancur, maka pemerintahan Mongol akan mengambil alih dunia persilatan dengan Buki yang merupakan anak dari seorang murid dari partai Wudang butong phai, nantinya secara tidak sengaja mempelajari ilmu utama dari sekte Ming, dan kemudian diangkat menjadi ketua dari sekte Ming setelah berhasil mencegah sekte Ming dari kemusnahan. Sekte Ming ini akan menjadi pusat kekuatan pemberontakan dalam menghadapi pemerintahan Mongol yang saat itu menguasai daratan tengah tiongkok. Tidak terlupakan Tio Buki juga harus menghadapi masalah cinta segitiga dengan kedua wanita, Ciu Ci Jiak mandarin zhou zhiruo dan Tio Beng mandarin zhao min, yang satu adalah teman masa kecil, yang satu lagi awalnya musuh yang berubah jadi cinta. 2. Kembalinya Pendekar Rajawali tahun 1983Yang peringkat kedua ini, merupakan cerita yang dibuat oleh pengarang yang sama dengan cerita Pedang Langit dan Golok Naga. Keduanya merupakan karya almarhum Jin Yong. Kisah kembalinya pendekar Rajawali ini menggunakan setting cerita sebelum cerita Pedang Langit dan Golok Naga. Setting waktu-nya adalah saat mendekati akhir dinasti Song , dimana Mongol berusaha untuk menyerang dan menguasai dinasti Song. the Return of the Condor Heroes 1983 ini diperanin oleh Andy Lau sebagai Yoko, dan Idy Chan sebagai gadis naga kecil atau bibi lung atau siauw liong lie. Adaptasi ini sempat ditayangkan di Indosiar pada jaman dahulu dan sangat populer, bahkan ditayang ulang sampai berulang kali. Bukan hanya di Indonesia, adaptasi ini juga dianggap sebagai yang terbaik dan memiliki rating tertinggi di negara asalnya pada tahun kisah tentang cinta terlarang antara tokoh utama bernama Yoko mandarin Yang Guo dengan guru ilmu silatnya yaitu siauw liong lie mandarin Xiao Long Nv . Saat jaman dulu era dinasti Song, seorang guru sudah dianggap seperti orang tua sendiri tingkatannya, sekali guru maka selamanya guru, sehingga hubungan asmara dianggap tabu kala itu. Hubungan mereka ditentang oleh Paman angkat Yoko yang bernama Kwee Ceng dan juga semua orang dunia surut dalam hubungan asmara tabu itu, ditambah dengan gejolak dunia persilatan karena campur tangan Mongol, menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh Yoko sepanjang cerita. Versi tahun 1983 ini merupakan versi yang paling dipuji oleh Jin Yong Pendekar Hina Kelana tahun 2001 1 2 3 4 Lihat Film Selengkapnya Sebuahkeindahan jurus silat sekaligus ketangguhan yang sulit dicari tandingannya. Tidak satu pun senjata yang dilepaskan dari segala arah itu menembus lingkaran payung bunga matahari. Golok, pedang pendek, anak panah, bahkan tombak, seakan-akan membentur sebuah dinding baja.
KARYA BATARA 1. Kisah Seekor Naga 1-22 2. Pendekar Gurun Neraka 1-20 3. Pendekar Kepala Batu 1-36 4. Pedang Medali Naga 1-35 5. Pendekar Rambut Emas 1-27 lanjutan Pedang Medali Naga 6. Pedang Tiga Dimensi 1-18 Lanjutan Pendekar Rambut Emas 7. Sepasang Cermin Naga 1-16 8. Istana Hantu 1-35 9. Rajawali Merah 1-28 10. Dewi Penjaring Cinta 1-24 11. Golok Maut 1-28 12. Naga Pembunuh 1-32 lanjutan Golok Maut 13. Tapak Tangan Hantu 1-36 14. Rahasia Genta Berdarah 1-24 15. Putri Es 1-37 16. Kisah Empat Pendekar 1,2,3 1-60 17. Dewi Kelabang Hitam 1-27 18. Playboy dari Nan King 1-28 19. Playgirl dari Pak King 1-32 20. Prahara di Gurun Gobi 1-32 21. Kabut di Telaga See Ouw 1-33 22. Mencari Busur Kumala 1-24 23. Naga Merah 1-

Pendekarmatahari adalah cersil proyek keroyokkan kedua yang dipelopori oleh tabib gila. Source: tanpa bayangan by asmaraman s kho ping hoo. Tabib gila sendiri adalah seorang penulis cersil dalam dunia maya dan nyata yang telah menyelesaikan sebuah karya (terdiri dari tiga kisah) dan sedang menulis sebuah karya baru.

Pendekar Sadis Merupakan Seri kelima dari Serial Pedang Kayu Harum karangan Kho Ping Hoo, cersil ini merupakan lanjutan dari kisah sebelumnya yaitu pendekar Lembah Naga. "Cuplikan Pagi yang sangat cerah dan indah! Matahari, sesuatu yang perkasa adil dan murah hati, juga begitu indahnya, muncul di permukaan bumi mengusir segala kegelapan dan datang membawa kegembiraan dan kesegaran kepada semua yang berada di permukaan bumi, memandikan segala sesuatu dengan sinarnya yang keemasan dan yang menjadi sumber tenaga dari segala sesuatu yang tidak nampak. Cahaya matahari seolah-olah membangkitkan semua yang tadinya penuh ketakutan dan kekhawatiran tenggelam dalam kegelapan malam, menimbulkan kembali semangat hidup pada tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon besar, binatang-binatang dari yang terkecil sampai yang paling besar, yang beterbangan di udara mau pun yang berjalan dan merayap di atas bumi. Matahari pagi yang demikian indahnya, sinar keemasan yang menerobos lewat di antara gumpalan-gumpalan awan yang berarak bebas teratur rapi di atas langit, embun-embun pagi yang berkilauan di ujung daun-daun, kicau burung gembira, semua itu seakan-akan mengingatkan kita bahwa kegelapan dan kesunyian dan keseraman yang timbul bersama datangnya malam bukanlah peristiwa yang abadi, tetapi hanya sementara saja. Demikian pula dengan sebaliknya, kecerahan dan keriangan yang datang bersama matahari pagi itu pun akan terganti oleh sang malam yang membawa kegelapan." Loading....
EbookGratis Kirara Cersil Mandarin. Cerita Silat Dan Ebook. Jaka Wulung 3 Pendekar Bunga Matahari Cerita Silat Novel. Dunia Kang Ouw Asmaraman S Kho Ping Hoo. Cersil Indo 1th, 2022Cersil Pendekar Pedang MatahariCersil Pendekar Pedang Matahari Cersil-pendekar-pedang-matahari 1/1 Downloaded From November 14, 2020 By Guest Arus air terjun itu sangat deras sekali, maka dari itu dengan sendirinya tubuh Han Li terbawa hanyut. Han Li berpikir bahwa dirinya akan binasa terbentur-bentur dengan batu gunung yang banyak terdapat disitu, kalau sampai dirinya terdorong oleh arus air terjun yang tumpah dengan derasnya. Pemuda itu memejamkan mata sambil menantikan kematiannya, dengan hati yang kebat-kebit. Meskipun sesuatu yang dapat diramalkan manusia bakal terjadi, namun bila Thian berkehendak lain, tak ada makhluk apapun didunia ini yang mampu mencegahnya, begitu pula dengan Han Li, memang dia belum ditakdirkan untuk mati. Sehingga kejadian yang dianggap mustahilpun bisa terjadi. Dalam waktu yang cukup lama dirinya terbawa hanyut, sampailah dia terdampar di sebuah telaga yang cukup besar. Hamparan air biru di telaga luas itu amatlah menakjubkan. Sinar mentari menyiratkan cahayanya di permukaan air bagaikan sapuan lembut perawan desa di jerami jingga. Cahaya biru kuning memantul disana-sini bercampur warna perak menyatu membentuk benang-benang cahaya yang amat indah, indah dan penuh pesona. Permukaan airnya mengeriput kecil bagai lipatan kain panjang di tubuh bumi. Tiga Burung belibis putih terlihat mengepakan sayapnya diudara menyusuri permukaan telaga. Sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya dan sangat alami tanpa terjamah tangan-tangan jahil manusia. Entah berapa lama pemuda itu tertidur di pesisir telaga, kemudian terbangun, matanya terbuka dan dilihatnya pemandangan telaga yang sungguh indah. Cukup lama juga dia terpesona dengan pemandangan dihadapanya, lalu kepalanya menengok kekiri dan kekanan. Tampak di sebelah kirinya terdapa sebuah gua yang cukup besar. Han Li menghampiri gua tersebut, ternyata di dalam gua tersebut tampak sebuah ruangan yang seperti dibuat oleh tangan manusia. Malah yang mengherankan, ruangan tersebut di lengkapi dengan alat-alat perabotan rumah tangga, seperti kursi dan meja. Han Li mengerutkan alisnya. "Siapa yang mendiami ruangan tempat ini?" pikir pemuda itu dengan heran dan kebingungan, sejenak terlupa akan dirinya yang terluka. Apakah didalam ruangan ini terdapat seseorang yang tinggal mendiami tempat yang aneh dan letaknya sangat tersembuni ini? atau tempat ini merupakan tempat tinggal seorang tokoh aneh yang mengasingkan diri?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatinya. Setelah diteliti beberapa lama, dia dapat mengambil kesimpulan bahwa tempat ini sudah lama sekali tidak di tinggali oleh pemiliknya, buktinya debu yang terdapat dilantai, meja dan kursi, hampir setebal 2mm. Tiba-tiba hati Han Li tertarik ketika ia melihat goresan-goresan lukisan dan huruf yang yang tertera di dinding ruangan itu, karena seperti pernah melihat huruf-huruf itu. Tergetarlah hatinya karena ingat bahwa huruf-huruf tersebut sama persis dengan huruf-huruf yang ada dalam peta kuno. Segera dikeluarkan peta kuno tersebut. Dan benarlah sama persis gambar dan hurufnya, tentu saja ini menunjukkan bahwa pembuat peta dan pelukis dinding ini adalah orang yang sama. Tak dapat dibayangkan betapa gembiranya Han Li karena semua hasil kerjanya membuahkan hasil. Han Li kemudian masuk lebih dalam dan ternyata didalam ruangan tersebut masih terdapat sebuah ruangan lainnya. Hati pemuda itu terkejut bukan main, karena di sebuah pembaringan batu disudut ruangan dalam itu, tampak seorang kakek sedang duduk bersemedi. Seluruh rambutnya telah memutih dengan jenggot putih menutupi sebagian wajahnya yang berkerut. Raut wajah yang welas asih dan damai. Si pemuda menjadi heran, apakah kakek tua yang berambut dan kumis jenggot telah putih semua itu, pemilik tempat ini?. Han Li kemudian merangkapkan kedua tangannya sambil memberi kormat kepada kakek itu. "Boanpwe Han Li mengunjuk hormat pada Lo Cianpwe, Dengan memberanikan diri dan lancang sekali Boanpwe telah memasuki tempat Lo Cianpwe". Menunggu beberapa lama, tapi kakek itu tetap bersemedi seperti tidak mengacuhkannya. Si pemuda sangat heran, dia duga kakek itu tentunya tidak senang akan kehadirannya. Tapi setelah menunggu sekian lama tak ada reaksi pula, pemuda iru melangkah menghampirinya. "Apakah kakek ini telah meninggal?" Dilihatnya biarpun wajah si kakek itu tampak hidup namun tak tampak cahaya kehidupan. Han Li menghampiri lebih dekat lagi, dilihatnya kakek itu masih berdiam diri. Kemudian setelah menjura dia memegang baju si kakek, dan begitu tersentuh baju itu meluruk jadi abu. Ternyata benar dugaannya. Han Li lalu menyentuh tangannya, dirasakan tangan itu telah mengeras dan dingin sekali. Kalau dilihat bajunya yang begitu tersentuh terus melepuh menjadi abu, tentunya kakek itu telah menghembuskan napasnya sudah beberapa waktu yang lama sekali dan telah silam. Namun kalau memang si kakek telah binasa pada waktu yang silam, mengapa tubuhnya tidak hancur lebur ? Mengapa? - demonking - Pada dasarnya Sie Han Li adalah seorang pemuda yang berperasaan halus. Melihat seorang kakek tua yang telah sekian lama meninggal dunia namun jenasahnya tidak ada yang mengurus, hatinya merasa tidak tega. Sambil menjura dalam ke arah jenasah si kakek tua tersebut, Sie Han Li berkata "Mohon maaf locianpwe apabila kedatangan cayhe telah menganggu ketentraman, cayhe mohon ijin untuk menguburkan jenasah locianpwe agar dapat beristirahat lebih tenang" Setelah memberi hormat, Han Li menghampiri kakek tua tersebut. Singkat cerita jenasah si kakek berhasil di kubur Han Li di depan gua tersebut. Kemudian Han Li memasuki kembali gua tersebut guna menyelidiki lebih jauh goresan-goresan yang tertera di dinding gua. Begitu memasuki kembali gua itu, tanpa sengaja pandangan Han Li mengarah ke tempat samadhi si kakek tua. Terlihat sinar kecil keemasan seukuran stengah telapak tangan dewasa. Tertegun sejenak, Han Li menghampiri sinar keemasan tersebut, ternyata adalah sebuah kunci emas. Rupanya ketika menganggkat jenasah si kakek, ia tidak begitu memperhatikan bahwa di bawah tempat duduk si kakek tersebut terdapat sebuah benda yang disembunyikan di bawah tubuh kakek itu. Sambil mengamati kunci emas tersebut, Han Li mengira-ngira apa kegunaan kunci emas tersebut, bentuknya mirip kunci pada umumnya, yang membedakan hanya terbuat dari emas murni. Sambil termenung sejenak, Han Li memasukkan kunci emas tersebut ke dalam sakunya, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah dinding gua. Tulisan yang terdapat di dinding gua tersebut memang sama persis dengan tulisan di peta kuno, setiap lekuk huruf-hurufnya mirip tanda orang yang membuat peta kuno itu dengan tulisan yang terdapat di gua ini adalah orang yang sama. Sekian lama mengamati dinding gua tersebut, Han Li mendapati di bagian bawah dinding gua tersebut masih terdapat goresan tulisan yang lebih kecil, tertutup lumut hijau, agak terpisah dari goresan sebelumnya. Apabila matanya kurang jeli, jelas goresan itu akan terlewatkan. Tertarik hatinya, Han Li mendekat ke arah dinding gua tersebut. Sambil jongkok, tangannya meraba bagain bawah dinding tersebut. Lumut hijau yang menutupi tulisan di dinding, dibersihkannya hingga akhirnya goresan tulisan yang lebih kecil itu terlihat semuanya. Begitu melihat tulisan tersebut, Han Li merasa gembira ketika ia mendapati tulisan tersebut di tulis dalam bahasa yang dimengertinya. Jelas tulisan itu dengan tulisan di atasnya dibuat oleh dua orang yang berbeda. Dengan cepat ia mulai membaca tulisan tersebut. "Barang siapa yang berjodoh memasuki gua ini, berarti memiliki peruntungan yang sama denganku. Aku sendiripun tidak tahu siapa kakek tua yang ada di gua ini namun dugaanku, berdasarkan tulisan yang ia tinggalkan di dinding gua ini, kakek tua tersebut mungkin adalah pelayan atau murid atau orang kepercayaan si pemilik ilmu "Matahari". Sungguh beruntung aku sedikit memahami bahasa Thian-Tok Indiahingga petunjuk yang terdapat di didnding ini dapat kumengerti cukup jelas. Apabila yang menemukan gua ini tidak mengerti arti tulisan di atas, berikut adalah ringkasannya. Tulisan di atas pada intinya memberitahu letak disembunyikannya ilmu silat maha tinggi yang bernama ilmu silat "Matahari". Gambar di atas merupakan gambar puncak pegunungan Ko-San, begitu tiba di puncak tersebut, harap mengarah ke arah Timur kira-kira 1-2 mil, carilah sebuah lubang kira-kira seukuran badan manusia. Lubang tersebut merupakan jalan masuk yang mengarah ke lorong yang menuju ke bawah tanah. Uraian lebih lanjut tidak kujelaskan untuk menghindari ada orang yang memasuki gua ini setelah aku berlalu dari sini tak lama kemudian. Namun apabila orang yang masuk ke dalam gua ini kira-kira bertahun-tahun kemudian, nasehatku adalah segeralah pergi ke puncak gunung Ko-San. Siapa yang tahu apakah aku berhasil mendapatkan rahasia ilmu "Matahari" tersebut atau tidak. Bulan ketiga, tahun ke sebelas dinasti Tang Sehabis membaca tulisan tersebut, diam-diam Han Li kecewa. Ternyata telah ada orang yang berhasil memecahkan rahasia peta kuno tersebut. Hanya saja dilihat dari selang waktu dirinya memasuki gua ini dengan orang yang pertama kali datang, kira-kira berselang lima puluh tahunan. Entah apakah orang tersebut masih hidup dan berhasil mempelajari ilmu "Matahari" itu atau tidak, gumamnya. Dengan langkah gontai Han Li merebahkan diri di lantai gua, perasaan letih menghinggapi sekujur tubuhnya. Sambil berbaring dengan mata terbuka Han Li mengenang semua peristiwa selama berbulan-bulan semenjak ia menemukan peta kuno tersebut. Dia sendiri tidak tahu apakah tetap pergi ke puncak gunung Ko-San ataukah melanjutkan perjalanannya terdahulu yang sempat tertunda karena peta kuno tersebut. Sambil termenung Han Li mengamati sekawanan kunang-kunang yang beterbangan di langit-langit gua, mereka bersinar seolah menyambut kedatangannya bercanda gembira riang. Mata Han Li tak berkedip menatap ratusan cahaya kecil yang tersibak oleh gelap malam. Ia menahan nafas, menggagumi keindahan cahaya yang berpendar di atas langit-langit gua. Sekonyong-konyong matanya menangkap sesuatu di langit-langit gua, lapat-lapat matanya yang tajam melihat sebarisan huruf yang sangat kecil. Apabila dirinya tidak begitu kesengsem terhadap kawanan kunang-kunang tersebut, dapat dipastikan huruf-huruf tersebut terlewatkan olehnya. Dengan perasaan tertarik, Han Li bangkit berdiri. Sambil mendonggakkan kepala ia berusaha membaca tulisan kecil-kecil yang tertera di langit gua. Tulisan tersebut mirip dengan tulisan yang tertera di dinding gua dan berbunyi.... Siapapun yang ingin mendapatkan ilmu maha lihai peninggalan couwsu tidak akan berhasil apabila tidak memiliki kunci emas. Siapapun yang berhasil mendapatkan kunci emas tersebut, berhak menjabat sebagai ketua perguruan generasi ke lima menjaga dan mengembalikan kejayaan perguruan selama hidupnya. Siapa yang beruntung memiliki kunci emas ini, terserah pada Thian.
06 Pendekar Bongkok. SIE Kauwsu (Guru Silat Sie) membaca surat itu dengan kedua tangan agak gemetar dan mukanya berubah pucat. Karena senja hari telah tiba dan cuaca tidak begitu terang lagi, dia lalu menyalakan sebuah lampu meja, kemudian dibacanya sekali lagi surat itu.

Bagaimana sih sejarah kitab bunga matahari itu? Kitab Bunga Matahari sunflower manual adalah salah satu ilmu paling kuat dalam cerita Pendekar Hina Kelana smiling proud wanderer / the swordsman. Kitab ini merupakan kitab ilmu yang diperebutkan oleh dunia persilatan. Biarpun kuat, ternyata ilmu ini memiliki persyaratan yang berat, dimana yang ingin mempelajarinya harus melakukan Pedang Penakluk iblis milik keluarga Lin diciptakan berdasarkan intisari daripada ilmu kitab bunga matahari, dan juga menggunakan pedang sebagai media. Jubah biksu yang tertulis ilmu pedang penakluk iblis ini nantinya dihancurkan oleh Lin Pingzhi setelah dia mempelajarinya, jadi boleh dibilang ilmu dan rekam tulisan cara mempelajari ilmu ini menghilang dari dunia persilatan. Sekte Qingcheng sempat berusaha mempelajari gerakan ilmu luar pedang penakluk iblis ini, karena tidak mengetahui rahasianya, sehingga terkesan tidak hebat. kitab bunga matahari Wuxia Indonesia Indonesian Youth. Pengagum bela diri Indonesia seperti Pencak Silat. All About Cerita Silat; mulai dari Ulasan Sinopsis Serial Drama China Wuxia, Review Film Silat Mandarin, Diskusi Novel cersil, Game, movie, komik Jin Yong, Gu Long, dll.

OOlX.
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/99
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/288
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/196
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/151
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/448
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/390
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/124
  • 89l3cqhnx7.pages.dev/472
  • cerita silat mandarin pendekar matahari